Telah berlalu pembahasan tentang keistimewaan kalimat tahlil dan tasbih, beserta penjelasan tentang maknanya. Pada kesempatan kali ini kita akan berpindah menuju salah satu dari empat kalimat istimewa lainnya, yakni kalimat tahmid. Kalimat yang berisikan pujian kepada Allah ta’ala.
Seperti biasanya, pembahasan tentang suatu kalimat mulia akan diawali dengan pemaparan berbagai keistimewaan yang dimiliki kalimat tersebut.
Di dalam al-Qur’an al-Karim, banyak kita dapatkan isyarat yang menunjukkan keistimewaan kalimat tahmid. Antara lain: dimulainya al-Qur’an dengan tahmid. Sebagaimana di awal surat al-Fatihah. Selain itu juga banyak surat di al-Qur’an yang diawali dengan tahmid. Seperti dalam surat al-An’âm, al-Kahfi, Saba’ dan Fâthir.
Ditambah lagi dalam al-Qur’an, Allah ta’ala mengawali penciptaan makhluk-Nya dengan tahmid, sebagaimana dalam firman-Nya,
“الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ”.
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, serta menjadikan gelap dan terang”. QS. Al-An’âm (6): 1.
Juga mengakhiri penciptaan makhluk dengan tahmid (QS. Az-Zumar: 75).
Di dalam al-Qur’an, kalimat tahmid disebutkan lebih dari empat puluh kali. Di antara ayat-ayat tersebut ada yang berisikan berbagai motivasi pendorong kita untuk bertahmid.
Misalnya di surat al-A’râf. Di situ Allah menjelaskan bahwa di antara motivasi pendorong kita untuk bertahmid memuji-Nya adalah karena Dialah yang telah memberikan hidayah kepada tauhid.
“هُوَ الْحَيُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ”.
Artinya: “Dialah yang Maha hidup, tidak ada yang berhak disembah selain Dia. Maka sembahlah Dia dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam”. QS. Al-Mu’min / Ghafir (40): 65.
Kita memuji Allah, juga karena Dialah yang mengaruniakan keturunan.
“الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ”.
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sungguh, Rabbku benar-benar Maha Mendengar (mengabulkan) doa”. QS. Ibrahim (14): 39.
Selain itu, kita memuji Allah karena nikmat terbesar, yakni perkenan-Nya memasukkan kita ke surga.
“وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ . وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ”.
Artinya: “Orang-orang yang beriman serta beramal salih, Kami tidak akan membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Mereka itulah penghuni surga; mereka kekal di dalamnya. Dan Kami mencabut rasa dendam dari dalam dada mereka. Di bawah mereka mengalir sungai-sungai. Mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan pada kami”. QS. Al-A’râf (7): 43.
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 11 Rabi’ul Awwal 1435 / 13 Januari 2014
* Diringkas dan diterjemahkan dengan bebas oleh Abdullah Zaen, Lc., MA dari kitab Fiqh al-Ad’iyyah wa al-Adzkâr karya Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq al-Badr (I/225-230).